Total Tayangan Halaman

Minggu, 11 Maret 2018

cerpen



Man Shabara Zhafira
“ Man Shabara Zhafira “, Siapa orang yang bersabar maka dia akan beruntung. Mantra itu selalu tersimpan dalam benak Syifa. Rintihan air mata membasahi sekujur pipi Syifa, semenjak mendengar bahwa dia harus menghapus impian indah yang dirancang jauh-jauh hari, sebelum dia lulus SMP. Walaupun nilai UAN Syifa bagus, tapi Syifa harus rela meninggalkan impiannya sekolah di SMAN 1 Bogor,  demi keinginan orang tuanya yang menyuruh Syifa untuk melanjutkan sekolah ke penjara suci. Syifa rela menghapus jauh-jauh impian indahnya itu bukan karena apa tapi karena Syifa tahu bahwa “ Ridhollah fi Ridhol Walidayni “, ridhonya Allah terletak pada ridhonya kedua orang tua. Lenyap sudah impian indah Syifa. Semakin dekat keberangkatan Syifa ke penjara suci, membuat mata indah di wajah Syifa semakin tak tampak, begitu juga dengan bibir merah Syifa yang dulunya selalu tersenyum kini tidak lagi.
Tiba sudah Syifa harus berangkat ke penjara suci, dia akan diantar ayah dan ibundanya. Setiba disana Syifa harus mengikuti tes sesuai dengan ketentuan. Alhasil Syifa lulus dengan nilai terbaik. Tetes air mata mengalir begitu saja setelah kata selamat tinggal terlontar dari mulut ibu dan ayah Syifa. Sejumlah santri baru menuju ke aula, disana mereka diberi tahu jadwal mereka sehari-hari. Syifa terkejut setelah tahu bahwa jadwalnya sangat padat. Syifa juga merasa bahwa Syifa seolah-olah dipaksa untuk bisa mengikuti kegiatan yang sebegitu padatnya, padahal dulunya jadwal Syifa tak sepadat ini. Syifa tertekan dengan semua ini, ketertekanannya membuat Syifa sering sakit. Lambat laun Syifa bisa menyesuaikan diri, dan akhirnya Syifa juga mengerti bahwa semua ini demi kebaikannya juga.
Semakin lama Syifa di penjara suci Syifa merasa ada kerenggangan hubungan dengan ayahnya. Tiap Syifa menerima rapot hanya ibunya yang selalu muncul di depan wajah Syifa. Syifa bertanya pada ibunya, kenapa tiap Syifa menerima rapot Syifa tidak pernah dikunjungi ayah, bu? Ibunya menjawab, ayah sekarang pergi keluar negeri, dia sekarang sangat sibuk, dia bilang dia mau pulang kalau Syifa sudah pulang dari sini, sebelum berangkat ayahmu menitipkan ini pada ibu. Apa ini bu? tanya Syifa. Surat dan kado dari ayahmu, kata ayahmu kado dan surat itu disuruh dibuka setelah Syifa lulus dari sini,  sahut ibu Syifa. Detik demi detik berlalu, wajah seorang perempuan yang dipanggilnya ibu kini sudah pergi dari hadapannya. Kerinduan Syifa pada ayahnya membuat tetes air mata bergelimang membasahi wajahnya. Syifa beranjak menuju lemari berwarna coklat untuk mengambil bolpoin hitam dan sebuah buku berwarna merah muda berisikan sepintas tentang kisah Syifa di penjara suci yang tak lain Syifa hanya ingin mencurahkan secercah isi hatinya di buku merah muda itu tentang kerinduannya pada sang ayah. Tetes air mata terus bergelimang begitu saja saat Syifa menuliskan

Sabtu, 31 Januari 2015
Ayah dimana sekarang? Kenapa ayah tidak pernah kesini? Selama ini Syifa selalu menunggu kedatangan ayah... kenapa hanya ibu yang kesini yah, apa ayah sangat sibuk sampai-sampai Syifa tidak pernah dikunjungi. Atau ayah hanya ingin menguji kesabaran Syifa, atau gimana yah? Syifa rindu ayah yang dulu.... Syifa rindu akan kasih sayang ayah....
I Love you ayah                                                           

Puas sudah Syifa mencurahkan isi hatinya, tapi rasa rindu pada sang ayah belum terobati. Tetes air mata terus bergelimang begitu saja sampai Syifa tertidur lelap.

3tahun berlalu........

Dag dig dug hati Syifa bukan kepalang, perasaan takut, gelisah, nerves tercampur jadi satu. Disebuah aula yang sangat besar Syifa dan ibunya, dan teman teman yang lain yang juga ditemani oleh orang tua mereka masing-masing sedang menunggu hasil pengumuman kelulusan. Saat ini Syifa tidak memikirkan apa-apa lagi dia hanya memikirkan nilainya. Syifa berharap nilai UANnya bagus, tapi kalau memang nilainya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dia akan ikhlas karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Tiba-tiba Syifa terlelap dalam lamunannya, dia ingat akan masa lalunya tiga tahun yang lalu. Dimana hari itu adalah hari yang tidak akan pernah terlupakan. Hari yang sangat berarti bagi Syifa. Saat dimana hari itu hari ditinggalkannya Syifa  oleh seorang laki-laki yang sangat menyayangi Syifa, layaknya seorang kakak. Namanya Raka. Sebenarnya hubungan Syifa dengan Raka hanya sebatas sahabat tapi semenjak pengumuman kelulusan di SMP selesai dan Raka mengungkapkan seluruh isi hatinya pada Syifa tapi, sebelum Syifa menjawab ungkapan perasaan dari Raka, Raka langsung melontarkan kata selamat tinggal. Raka bilang dia mau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di SMAN 1 Bandung, dia akan kembali kesini setelah lulus SMA nanti. Tapi sebelum Raka ke Bandung dia mengalami kecelakan yang amat sangat parah, sehingga Raka meninggal, Syifa ditinggalkan begitu saja. Beberapa menit kemudian panggilan nama Syifa membuat Syifa bangun dari lamunannya ternyata panggilan nama itu menunjukkan kalau Syifa yang menjadi peraih nilai terbaik satu sekolah. Tapi rasa bangga belum pernah puas bagi Syifa kalau sang ayah belum kembali ke samping Syifa.
Dengan selesainya pengumuman kelulusan, Syifa langsung berpikir apa yang harus dia lakukan setelah ini? Syifa tak menyangka dia akan kembali kerumah dan akan bertemu sang ayah, Syifa berpikir dengan bertemu sang ayah, kerinduannya akan terobati. Tanpa pikir panjang Syifa langsung mengajak ibunya pulang dari penjara suci ini. Di tengah perjalanan pulang Syifa berpikir dia akan membuka kado pemberian dari ayahnya di hadapan ayahnya langsung.
Sampai sudah Syifa dirumahnya. Syifa langsung masuk mencari ayahnya mulai dari sudut depan sampai belakang tapi sang ayah belum nampak juga. Entah mengapa perasaan Syifa semakin gelisah. Syifa tidak ingin kehilangan orang yang sangat Syifa sayangi lagi, karena dulu sebelum dia berangkat ke penjara suci dia sudah kehilangan orang yang sangat dia sayangi tak lain dia adalah Raka. Syifa langsung bertanya pada ibunya, bu mana ayah? tanya Syifa. Ibunya menjawab, buka saja kado dan suratnya, nanti akan ada jawaban di balik semua itu. Sang ibu beranjak pergi dari hadapan  Syifa, dia tidak ingin melihat Syifa menangis saat tahu bahwa ayahnya sudah pergi meninggalkan Syifa semenjak tiga tahun yang lalu. Syifa langsung beranjak untuk membuka kado dan surat dari ayahnya. Pertama Syifa membuka kadonya dulu ternyata berisikan sebuah Al-qur’an. Syifa senang dengan kado itu tapi setelah Syifa membaca surat pemberian dari ayahnya keringat deras mengguyur di pelipis mata Syifa setelah tahu isi suratnya

Syifa maafkan ayah, ayah sudah membuat kamu terpaksa akan perintah ayah, tak lain semua ini ayah lakukan karena ayah takut tidak bisa membekali ilmu agama yang banyak padamu.  Syifa kejarlah cita-citamu, jangan putus asa, buktikan kalau Syifa bisa tanpa ayah. Selamat tinggal Syifa, maaf kalau ayah tidak memberitahumu tentang penyakit yang ayah derita selama ini karena ayah takut melihat kamu bersedih di depan wajah ayah.........

Semenjak Syifa tahu kalau ayahnya meninggal dia terlihat semakin kurus, pucat. Syifa sadar akan takdir Allah bahwa semua orang itu akan meninggal. Walaupun Syifa sudah kehilangan dua orang yang sangat Syifa sayangi tapi semangat juangnya untuk meraih cita-citanya tetap gigih. Mantra“ Man Shabara Zhafira “, selalu tersimpan rapat-rapat dalam benak Syifa. Beberapa hari kemudian  Syifa memutuskan untuk menghilangkan beban pikirannya dengan menulis. Alhasil semua tulisannya Syifa dimuat oleh penerbit terkenal, akhirnya Syifa sadar bahwa semua yang dia jalani adalah kehendak yang maha kuasa. Syifa juga sadar kalau orang yang sabar akan mendapatkan keberuntungan yang tak disangka.

standart lab ipa

  1. Tata Letak Laboratorium
    • Standart letak laboratorium IPA ada di tengah tengah bagian gedung yang lain.
    • Standart luas laboratorium IPA yaitu dengan rincian ruang gerak per mahasiswa 2 m2  jadi jika ada 30 mahasiswa maka ruang geraknya seluas 60 m2, tersedianya minimal 15 meja praktikum.
    • Standart tata ruang ruang laboratorium IPA harus memiliki beberapa ruangan yaitu ruang persiapan, ruang peralatan, ruang penangas,  ruang penyimpanan, ruang staf, ruang teknisi, ruang kegiatan,  ruang istirahat atau ibadah, ruang prasarana kebersihan, ruang toilet dan ruang ber-AC untuk alat-alat yang memerlukan persyaratan tertentu. Kemudian untuk jendela diberi kawat kasa, agar serangga dan burung tidak dapat masuk. Dan ada fan (Suyanta, 2010 : 4).
    • Standart prasarana ruang laboratorium IPA diantara syaratnya yaitu tersedianya wastafel, alat perlengkapan percobaan, papan tulis, meja dan kursi praktikum, serta instalasi listrik dan air yang memadai, serta memiliki 3 jenis pintu yaitu pintu masuk, pintu keluar dan pintu darurat (Suyanta, 2010 : 4). 
2. Managemen Laboratorium
  • Kegiatan administrasi laboratorium IPA standart meliputi kegiatan inventarisasi peralatan laboratorium  surat masuk dan surat keluar, daftar pemakai laboratorium, sesuai dengan jadwal kegiatan praktikum penelitian, daftar inventarisasi bahan kimia dan non-kimia, daftar inventarisasi alat-alat meubelair (kursi, meja, bangku, lemari ). Kemudian adanya sistem pelaporan kepada atasan agar ada evaluasi terhadpa apa yang terjadi  (Suyanta, 2010 : 4).