Bukan
Tanpa Alasan
Di sebuah kamar mungil
Dalam hening aku mematung
merutuki layar ponsel
Bayangan pada mata yang terbentuk
seolah tidak tepat pada retina
ketika pesan itu kubaca
Aku berusaha tanpa koma, titik maupun tanya
Tuk menuruti perintah yang ada di pesan itu
Tulang dan otot terus menerus melawan inersia tubuh
untuk melangkah
Begitupun terbitnya matahari kala itu
yang ikut menghangatkan sekujur tubuhku
Wajah penuh amarah di hadapanku
Berhasil menyumpal mulutku dengan kebisuan
Dan buah bibirnya ikut menghantui pikiran ini
Memacu SA Node terus menghantarkan sinyal listrik
Jantung tak henti-hentinya berkontraksi semakin cepat
Sesekali kulontarkan sepatah dua patah kalimat
Dan lagi-lagi buah bibirnya menghantui pikiran ini
Memacu tingginya tensi darah
Bukan kepalang memang
Bukan tanpa alasan
Ketika langkah ini ingin kuhentikan
Kebenaran itu tidak ada baginya
Bahkan ketika belajarpun malah dibilang tidak sadar
Apa aku ini jantung?
Yang kerjanya tidak sadar
Rasanya ingin memberontak saja
Hipotalamus menyampaikan sinyal ke hati
Menyerahlah
Mungkin kamu sudah lelah dengan dunia yang sangat payah
Dan pikiran yang terus goyah
Tapi
Setiap kali aku berbisik ke bumi
Langit selalu menjawab, kamu bisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar